Benarkah Sudah Benar ? - Sesekali pernah.. atau mungkin seringkali kita mengatakan dalam banyak hal, entah obrolan sehari hari ataupun dalam sebuah diskusi, bahwa kebenaran diperlukan dalam upaya pengambilan suatu hasil akhir terhadap masalah yang menjadi bahasan, sehingga apabila dirasa belum sampai kepada “rasa kebenaran”, maka belumlah menjadi satu kesimpulan akhir.
Tentunya tidak menjadi satu polemik apabila “kebenaran” itu pemahamannya sama bagi setiap orang, sehingga kita tidak perlu lagi melakukan pembenaran-pembenaran terhadap suatu perkara yang menyangkut kepentingan bersama.. yang menjadi masalah adalah apabila setiap orang merasa benar dan berupaya membawa rasa kebenarannya itu untuk membenarkan dirinya menganggap orang lain belum benar, dengan disertai alasan yang menurut kita adalah satu kebenaran maka diharapkan pula orang lain menerimanya sebagai kebenaran mutlak.
Dan selanjutnya bisa kita lihat.. bukannya kebaikan yang muncul melainkan sebuah keadaan yang membawa kepada saling menyalahkan dan menjatuhkan, karena belum tentu pemahaman setiap orang pasti sama dalam memahami sebuah perbedaan.
Adakalanya dalam upaya mencari pembenaran atas suatu perkara, kita hanyalah dihadapkan pada sisi yang berbeda… satu perumpamaan sederhana, apabila kita menemukan sebuah balok dadu yang besar maka kita hanya dapat melihat satu sisi yang menghadap ke wajah kita saja, dan itu bisa jadi hanya angka 3, dan orang lain yang kemudian sama persis menemukan dadu yang sama, boleh jadi hanya bisa melihat sisi lain dadu yang bernomor 5, yang menjadi aneh dan sedikit konyol ialah apabila kemudian kita mengklaim bahwa yang namanya dadu itu cuma bernomor 3, dan mengatakan salah bagi orang lain yang mengatakan dadu itu bernomor 5, padahal orang lain juga melihat dadu yang sama dari sisi yang lain.
Dari gambaran diatas bolehlah kita sedikit menarik kesimpulan bahwa kebenaran itu sudah selayaknya dirasakan menyentuh semua sisi dan diakui kebenaranya karena utuh dan sempurna.
Tujuan dari tulisan singkat ini hanyalah mencoba mengajak pembaca dan saya sendiri untuk kembali merenungi dan memahami arti dari sebuah kebenaran