Cara Wanita Mengatasi Stress ~ Berita Unik berbagi info tentang Cara Wanita Mengatasi Stres. Ada beberapa rahasia yang di miliki seorang wanita untuk mengatasi stress. Pada umumnya wanita seringkali mengalami tingkat stress yang berlebihan, namun jika wanita mengetahui rahasi untuk mengatasi kecenderungan stress itu dapat di atasi dengan beberapa rahasia berikut:
Apa yach rahasianya??
Menetapkan prioritas, mengorganisir, dan membuat daftar rencana
Mementingkan hal-hal yang lebih penting, memprioritaskan yang lebih utama.
hidup terkontrol adalah bagian paling penting dalam manajemen stress
Tetapkan prioritas yang harus dikerjakan daripada mengerjakan semua hal begitu saja, yang belum tentu jelas manfaatnya untuk jangka panjang.
Bagaimana caranya memperoleh perasaan ‘semuanya telah terkontrol’?
Sternberg mengusulkan untuk membuat daftar rencana : “sangat baik memecah masalah apapun menjadi masalah yang lebih kecil dan lebih mudah dipecahkan, sehingga tidak terlalu membebani kita. Membuat daftar rencana, lalu memberi tanda check list pada yang telah dikerjakan, dapat memberi rasa percaya diri karena berarti kita telah bertindak”Anda merasa terlalu “tidak rapi” ?? Mulailah dengan cara yang mudah : tulis sesuatu yang telah Anda kerjakan, lalu coret atau contreng!!
Bila masalah terlalu berat, curhatlah pada teman
Tubuh Wanita dan pria memiliki respon berbeda terhadap kondisi gawat, demikian penelitian Universitas California mengungkapkan. Karena perbedaan hormon, pria cenderung bersikap “tabrak atau lari” dalam menghadapi masalah, sementara wanita cenderung mengatasi stress dengan mencari lawan bicara atau teman untuk mendengarkan. Jadi, bersosialisasilah.Bekerja dengan optimis
Percayalah atau tidak, pikiran menarik kejadian-kejadian dalam hidup kita (remember “The Secret” J). Berpikir negatif dan cemas berlebihan hanya membuahkan kejadian menakutkan yang kita pikirkan. Kalau kita punya bawaan negatif thinking, coba belokkan pikiran jelek itu menjadi positif. Misalnya seperti ini :“Tidak cukup waktu untuk mengerjakan semuanya hari ini”
Diubah menjadi : “semua yang aku perlukan akan datang dan hanya menunggu waktu saja”
“Semuanya berubah terlalu cepat, sulit aku ikuti”
Diubah menjadi : “saya fleksibel, dan perubahan cepat memberi saya banyak inspirasi dan energi”
“Aku takut semua akan berjalan di luar kendali”
Diubah menjadi : “yang cepat itu memudahkan, dan aku siap untuk cepat tumbuh!”
Tidak Menunda-Nunda
Tentu saja, karena menunda-nunda berarti menumpuk beban kita perlahan tapi pasti. Menunda pekerjaan berarti menciptakan bom waktu bagi diri sendiri. Ketika deadline tiba, Andapun meledak karena belum mengerjakan apapunBeriman!!!
Entah Anda beriman pada Tuhan, dewa, atau sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan, beberapa studi menunjukkan korelasi kuat antara keimanan dengan kesehatan dan daya banting terhadap permasalahan hidup, demikian pernyataan psikiater Harold Bloomfield, M.D, penulis buku Making Peace With Your Past. “Pandangan spiritual memungkinkan Anda untuk memandang masalah dengan jiwa besar”, ujarnya, sambil menambahkan bahwa orang-orang religius umumnya jarang stress dan lebih sehat. Ketika Anda memiliki masalah, sandarkan pada Yang Kuasa, apa yang tidak sanggup untuk Nya?
Mewakilkan Pekerjaan
Mewakilkan pekerjaan pada orang lain juga adalah cara lain mencegah stres, demikian pernyataan Joy Baldridge, Presiden Seminar Baldridge Internasional di Stamford, Connecticut. Menurutnya, suatu pekerjaan bisa diwakilkan kepada : bawahan atau asisten, pihak luar (misalnya agency), atau atasan. Baldridge menganjurkan untuk membiasakan bertanya kepada diri sendiri : “Bagaimana cara terbaik untuk menggunakan waktuku? Andaikan bos saya atau asisten saya saja yang melakukan ini, apakah dapat lebih menghemat waktu dan tenaga saya?”
Untuk mengatasi perasaan “saya dapat melakukannya lebih baik dan lebih cepat”, tanyakan pada diri sendiri : apakah Anda adalah orang paling kreatif yang pernah ada di tempat kerja Anda? Lori Gottleib, 33 tahun, mantan eksekutif stasiun televisi NBC di Los angeles, belajar dari pengalaman untuk membayar orang yang sangat ia percaya dan mampu mewakili dirinya : “kadangkala, apabila mereka tidak melakukan sama persis seperti yang saya visikan, seringkali malah versi mereka jauh lebih bagus!”
Punya jadwal untuk bersenang-senang
Wanita bebas stress tidak menyangkal bahwa mereka butuh kesenangan untuk break dari tugas yang melelahkan. Sekedar cerita— kuliah di jurusan yang kebetulan sering ditimpukin segunung tugas, laporan, dllnya bisa-bisa mengundang capek dan stress. Saya pribadi mengalaminya. Waktu semester 3 dan tugas sedang banyak-banyaknya, pulang pun begitu malem karena jadwal praktikum yang padat, belum lagi sering begadang untuk ngetik laporan. Seperempat teman sejurusan saya pun rata-rata sakit tifus dan demam yang katanya, karena kecapekan dan kolaps. Tapi ada satu teman dekat saya yang hampir tak pernah kelelahan dan keliatan fresh terus. Ternyata, dia hobi banget denger musik dan mengoleksi musik-musik aliran aneh dari internet. Bahkan dia ngaku sendiri ngetik makalah seminarnya sambil nonton tari perut di You Tube (waduuh??). Jadi setiap kali stress mulai melanda, dia tinggal menyetel musik relaksasi koleksinya. Bila waktu luang, dia selalu menyempatkan diri ke internet khusus untuk nonton You Tube dan download lagu, menambah koleksinya yang udah jumbo itu. Her very own words : “kalau nggak ada musik ya bisa katatonia gue ngerjain tugas…”
Bernafas Dalam-Dalam
Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang menyempatkan untuk latihan pernafasan per hari dapat memotong kadar tekanan stress hingga setengahnya—demikian pernyataan Harold Bloomfield. Ia sering menganjurkan kepada pasiennya untuk membiasakan bernafas dalam-dalam ketika intensitas tekanan meningkat. Ia menyatakan yang disebut teknik relaksasi dengan satu nafas : luruskan punggung, lemaskan bahu, lalu tarik nafas kuat-kuat melalui hidung. Sambil melakukan ini, fokuslah pada sensasi bahwa udara sedang mengisi rongga dada dan setiap sel Anda. Setelah itu tahan nafas selama beberapa detik dan bayangkan cahaya terang menerangi pikiran dan tubuh Anda. Keluarkan nafas dari mulut dengan desahan dan bayangkan tekanan dalam tubuh Anda sedang mengalir keluar bersama nafas Anda.
Relaksasi dengan Memvisualisasikan Happy Ending
Renee Bacher, penulis artikel ini, berbagi pengalamannya seperti ini : “ketika saya hamil dan cemas tentang keadaan kelahiran anak, instruktur senam hamil saya mengatakan pada saya untuk membayangkan ‘hari besar’ kelahiran itu dan memvisualisasikan hal-hal yang baik yang terjadi saat itu terjadi. Saya memaksa diri saya sendiri untuk memvisualisasikan kejadian-kejadian yang saya inginkan selama kelahiran, setiap malam sebelum tidur. Dan ternyata, proses melahirkan saya lancar sekali. Bahkan hal itu terjadi sampai tiga kali kelahiran”
Stacie Stelk, 25 tahun, asal Ohio, yang menjalankan bisnis e-commerce dari rumahnya, ketika merasakan tekanan menghantui dirinya, ia berbaring di kasur, menyalakan kipas angin di atap dan menyalakan CD suara laut. “Aku menutup mata dan membayangkan aku kembali ke hotel di mana aku dan suami dulu berlibur. Aku berbaring di kasur dan membiarkan pintu terbuka sehingga angin laut menerpa wajahku. Padahal angin itu hanya kipas angin di atap, namun aku bisa ‘menipu’ diri sendiri sehingga bisa relaks sejenak”
Menjaga Jadwal Tetap Sederhana
Paula Landell, 41 tahun, ibu rumah tangga asal Ohio, berpendapat bahwa kadangkala orang memaksakan diri untuk tidak melewatkan acara apapun, sehingga membuat mereka seringkali terburu-buru dan melewatkan banyak makna dalam hidup.
Pada tempat kerja, menjaga jadwal sederhana dapat dilakukan dengan berani mengatakan “tidak” ketika ditawari acara atau kegiatan yang kurang perlu. Baldridge menganjurkan penolakan sopan seperti “maaf, andai saja saya bisa. Sayang sekali, saya ada keperluan lain”. Tidak perlu menjelaskan alasan dengan mendetail. Kalaupun terpaksa, Anda dapat berkata “saya punya keperluan lain yang tidak bisa saya batalkan”.
Menemukan Perspektif
Atau dengan kata lain, bayangkanlah seperti apa diri Anda pada masa depan. Seperti “kalau saya tidak ikut acara ini besok, apakah akan merugikan saya di masa depan? Penting nggak sih aku melakukan ini, adakah manfaatnya buatku, atau karena aku cuma ikut-ikutan? Ah, ternyata tidak juga”. Toh, hidup berjalan terus. Dan kalaupun Anda menyesali masa lalu, Anda juga tidak akan bisa kembali ke masa itu dan memperbaiki keadaan. Jadi, kenapa juga dipikirkan?