Cerita Cinta Ungkapan Hati

Cerita Cinta Ungkapan Hati | Cerpen Cinta Romantis



aku merasa putus asa, ketika teringat lelaki itu...

aku pergi kerja saat mentari baru merekah putih di timur.
dan pulang, saat mentari hampir lenyap di barat.
kadang setumpuk kertas menunggu untuk di selesaikan dirumah.
lalu aku terbaring di atas kasur, dan menunggu besok datang...
walau besok...sama seperti hari ini...

sedangkan lelaki itu tak perlu melakukan itu semua.
kemewahan telah melekat padanya sejak dilahirkan.
dia memiliki waktu untukmu, lebih banyak dariku.

ketika teringat lelaki itu...
aku berbicara pada dinding kamar...
tentang betapa putus asanya aku...

melihat dirimu diantar-jemput dengan mobil mewah...
sementara aku datang terlambat karena vespa-ku sulit untuk dinyalakan...
atau,
melihat perhiasan emas barumu yang dia belikan...
sementara aku hanya bisa menggenggam kalung murahan di dalam kantongku...
aku tak bisa memberikan kalung itu...
lagipula dengan bahagianya kau menceritakan tentang perhiasan emas itu...
aku menjadi semakin kerdil...

ketika teringat kalian berdua...
aku menyusuri malam dengan sebuah gitar ditangan...
bernyanyi menghibur diri...
dan berharap bintang peduli...
namun tiada yang peduli...

aku melewati pasar malam sekaten, sendirian...
disana banyak orang hilir mudik bergembira...
mereka sama sekali tidak tahu ada yang sakit hati di antara mereka...
bahkan para penjual bunga, tersenyum dan menawarkan bunga untukku...
"untuk kekasihmu...ini murah lho mas"
saat itulah aku menyadari aku bukan siapa-siapa di dunia ini...
hanya seseorang yang mampu memberikanmu sesuatu yang murah...

aku lari...
lari...
lari darimu...
lari jauh...
hingga ratusan hari...

ketika kembali,
aku menerima sebuah kertas...
kertas itu harum bak mawar alam...
nama kalian berdua tertulis disana...
kertas itu undangan pernikahan kalian...

aku yang terbiasa sendiri, tidak begitu terluka...
ku langkahkan kakiku ketempat itu..

tempat itu seperti parade khayangan...
kau disana...di atas singgasana bersama dirinya...
kau...
terlihat indah...
aku gamang dalam waktu yang seperti beku...

kusalami kalian berdua...
ku ucapkan selamat...
ku terima kekalahanku...
ingin aku memuji dirinya...
"kau adalah mempelai wanita tercantik yang pernah kutemui..."
namun bukankah kalimat itu tabu?
bukankah kini dia terlarang untuk siapapun.
aku lalu pulang dengan hati yang kering...

belum sampai aku di vespa bututku...
sebuah pesan singkat masuk ke handphone ku...
"aku selalu berharap, kamu tak pernah lari...-N"

dengan cepat aku menoleh kembali ke dalam parade khayangan tadi...
dari kejauhan kulihat dirimu menangis diatas singgasana itu...

aku menahan diriku sekuat tenaga...
namun jiwaku telah robek dan sebagian lagi keluar menjadi tetes air mata...
aku jawab pesan itu dengan sederhana...
"bahagiamu, bahagiaku, aku kan selalu sendiri...agar ada tempat untukmu kembali...-F"

"bodohnya aku..." kataku sambil menuntun vespa-ku yang tak mau dinyalakan...